Pura Prabu Siliwangi

Toni | 10/23/2015 | 0 komentar

 Pura Prabu Siliwangi

Di kaki gunung salak, Kabupaten Bogor, ada Pura Parahyangan Agung Jagatkarta Tamansari Gunung salak. Orang menamakannya sebagai kuil Prabu Siliwangi . Mengapa begitu sebab orang hindu dari bali sengaja membangun kuil itu sebagai penghormatan kepada Prabu Siliwangi, Raja Pajajaran yang dianggap telah berjasa mengembangkan agama hindu.
Inilah pura terbesar di luar Bali, setelah Pura Besakih di Pulau Bali. Dibangun diatas tanah sekitar 15 ha letaknya dikawasan lereng Gunung Salak, tepatnya di kec. Taman Sari, Kab. Bogor, daerah Ciapus. PURA terbesar secara fisik dan konsep berada di bumi suci, Parahyangan (Para Hyangan), Bogor. Di sinilah tempat petilasan Prabu Siliwangi — raja paling masyhur dan paling dipuja.

Prabu Siliwangi

Terlepas dari perbedaan anggapan, apakah benar Prabu Siliwangi beragama hindu atau bukan, yang jelas, begitulah yang dikatakan I nyoman Radeg, pendeta hindu yang bertanggung jawab sehari-hari di kuil itu.
Penyebab kuil itu dibangun di kaki gunung Salak, tepatnya di kampung warunglobok, Bogor adalah karena di tempat itu dianggap punya kekuatan magis. Nyoman radeg ,mengatakan, bahwa secara gaib, tergambarkan di tempat itu dulu berdiri sebuah bangunan kuil. Bentuknya seperti yang kini berdiri di kaki bukit itu. "Bentuk kuil itu kerap terbawa mimpi. Maka kami bikin kuil disini dengan arsitektur persis sperti di dalam mimpi," demikian tutur nyoman radeg.
Sebagai seorang yang percaya pada keberadaan kekuatan mistis, Nyoman radeg bila di tengah sepinya malam dengan bintang-gemintang menerangi jagat raya suka duduk sendiri menyepi, di pelataran kuil. Mengapa kerap duduk menyepi di sana? Sebab pada waktu-waktu tertentu, dia kerap di datangi arwah Prabu Siliwangi. Suatu saat Nyoman didatangi seorang pemuda usia 16 atau 17 tahunan dengan penampilan seperti ksatria tempo dulu. Siapakah anda anak muda yang datang secara misterius itu? Sang pemuda asing menyebut dirinya dengan nama Pamanahrasa. Namun suatu waktu Nyoman pun didatangi seorang berpenampilan gagah dan memakai ornamen laiknya seorang raja. Usianya berkisar antara 50 atau 55 tahunan. "Siapakah anda yang berpenampilan seperti raja ini?" tanya Nyoman radeg kepada tamu asingnya itu. "Sayalah Sri Baduga Maharaja!" tutur lelaki berpenampilan gagah dengan alistebal hidung mancung itu.

Prabu Siliwangi

Nyoman radeg tidak hapal, siapa Pamanahrasa dan siapa pula Baduga Maharaja. Namun manakala dia bertanya kesana-kemari di Bogor dan sekitarnya, Nyoman sungguh terkejut. Pamanahrasa itu menurut ahli di Bogor, ternyata adalah Sri Baduga Maharaja Siliwangi manakala masih muda. "Sementara Sri Baduga Maharaja adalah raja pertama kerajaan Pajajaran. Dan dialah yang dikenal sebagai Prabu Siliwangi." Tutur Nyoman radeg. Maka untuk hari-hari selanjutnya, Nyoman kerap duduk menyepi sendirian di pelataran kuil Prabu Siliwamgi.
Tidak setiap saat memang mangalami hal-hal gaib. Ada kalanya tidak terjadi hal-hal aneh. Adakalanya hanya terbersit cahaya putih dari langit dan jatuh di altar kuil. "Namun adakalanya menyaksikan tontonan yang spektakuler,"tutur Nyoman radeg yang membuat misteri penasaran. Apakah itu? Nyoman berkata bahwa suatu saat di altar kuil terlihat ksatria Pamanahrasa sedang duduk di sana dikelilingi oleh para puteri ayu. Namun suatu saat adegan itu terulang kembali. Hanya saja yang sikelilingi putri ayu adalah Prabu Siliwangi yang duduk di singgasana. Denikian Nyoman radeg.
Kata Nyoman ada amanat dari Prabu Siliwangi yang dia tidak boleh lupa. Apakah itu ? "Beliau memberikan amanat pada saya, bahwa seluruh keturunannya jangan dilarang bila ingin datang ke kuil ini, apapun agama dan keyakinannya," kata Nyoman radeg. Apakah itu karena himbauan Prabu Siliwangi atau bukan, yang jelas setiap hari minggu ke bukit itu banyak orang datang terdiri dari berbagai agama dan keyakinan. "Tidak semua bermaksud ingin menghormati Prabu Siliwangi, Bahkan yang hanya datang karena berwisata pun kami tak larang." Ulas Nyoman radeg.

Category: , ,

0 komentar

Berkomentarlah dengan baik dan bijak