Pura Prabu Siliwangi
Pura Prabu Siliwangi
Di kaki gunung salak, Kabupaten Bogor, ada Pura Parahyangan
Agung Jagatkarta Tamansari Gunung salak. Orang menamakannya sebagai
kuil Prabu Siliwangi . Mengapa begitu sebab orang hindu dari bali
sengaja membangun kuil itu sebagai penghormatan kepada Prabu Siliwangi,
Raja Pajajaran yang dianggap telah berjasa mengembangkan agama hindu.
Inilah pura terbesar di luar Bali, setelah Pura Besakih di
Pulau Bali. Dibangun diatas tanah sekitar 15 ha letaknya
dikawasan lereng Gunung Salak, tepatnya di kec. Taman Sari,
Kab. Bogor, daerah Ciapus. PURA terbesar secara fisik dan
konsep berada di bumi suci, Parahyangan (Para Hyangan),
Bogor. Di sinilah tempat petilasan Prabu Siliwangi — raja
paling masyhur dan paling dipuja.
Terlepas dari perbedaan anggapan, apakah benar Prabu Siliwangi
beragama hindu atau bukan, yang jelas, begitulah yang dikatakan I nyoman
Radeg, pendeta hindu yang bertanggung jawab sehari-hari di kuil itu.
Penyebab kuil itu dibangun di
kaki gunung Salak, tepatnya di kampung warunglobok, Bogor adalah karena
di tempat itu dianggap punya kekuatan magis. Nyoman radeg ,mengatakan,
bahwa secara gaib, tergambarkan di tempat itu dulu berdiri sebuah
bangunan kuil. Bentuknya seperti yang kini berdiri di kaki bukit itu.
"Bentuk kuil itu kerap terbawa mimpi. Maka kami bikin kuil disini dengan
arsitektur persis sperti di dalam mimpi," demikian tutur nyoman radeg.
Sebagai seorang yang percaya pada
keberadaan kekuatan mistis, Nyoman radeg bila di tengah sepinya malam
dengan bintang-gemintang menerangi jagat raya suka duduk sendiri
menyepi, di pelataran kuil. Mengapa kerap duduk menyepi di sana? Sebab
pada waktu-waktu tertentu, dia kerap di datangi arwah Prabu Siliwangi.
Suatu saat Nyoman didatangi seorang pemuda usia 16 atau 17 tahunan
dengan penampilan seperti ksatria tempo dulu. Siapakah anda anak muda
yang datang secara misterius itu? Sang pemuda asing menyebut dirinya
dengan nama Pamanahrasa. Namun suatu waktu Nyoman pun didatangi seorang
berpenampilan gagah dan memakai ornamen laiknya seorang raja. Usianya
berkisar antara 50 atau 55 tahunan. "Siapakah anda yang berpenampilan
seperti raja ini?" tanya Nyoman radeg kepada tamu asingnya itu. "Sayalah
Sri Baduga Maharaja!" tutur lelaki berpenampilan gagah dengan alistebal
hidung mancung itu.
Nyoman radeg tidak hapal, siapa
Pamanahrasa dan siapa pula Baduga Maharaja. Namun manakala dia bertanya
kesana-kemari di Bogor dan sekitarnya, Nyoman sungguh terkejut.
Pamanahrasa itu menurut ahli di Bogor, ternyata adalah Sri Baduga
Maharaja Siliwangi manakala masih muda. "Sementara Sri Baduga Maharaja
adalah raja pertama kerajaan Pajajaran. Dan dialah yang dikenal sebagai
Prabu Siliwangi." Tutur Nyoman radeg. Maka untuk hari-hari selanjutnya,
Nyoman kerap duduk menyepi sendirian di pelataran kuil Prabu Siliwamgi.
Tidak setiap saat memang
mangalami hal-hal gaib. Ada kalanya tidak terjadi hal-hal aneh.
Adakalanya hanya terbersit cahaya putih dari langit dan jatuh di altar
kuil. "Namun adakalanya menyaksikan tontonan yang spektakuler,"tutur
Nyoman radeg yang membuat misteri penasaran. Apakah itu? Nyoman berkata
bahwa suatu saat di altar kuil terlihat ksatria Pamanahrasa sedang duduk
di sana dikelilingi oleh para puteri ayu. Namun suatu saat adegan itu
terulang kembali. Hanya saja yang sikelilingi putri ayu adalah Prabu
Siliwangi yang duduk di singgasana. Denikian Nyoman radeg.
Kata Nyoman ada amanat dari Prabu
Siliwangi yang dia tidak boleh lupa. Apakah itu ? "Beliau memberikan
amanat pada saya, bahwa seluruh keturunannya jangan dilarang bila ingin
datang ke kuil ini, apapun agama dan keyakinannya," kata Nyoman radeg.
Apakah itu karena himbauan Prabu Siliwangi atau bukan, yang jelas setiap
hari minggu ke bukit itu banyak orang datang terdiri dari berbagai
agama dan keyakinan. "Tidak semua bermaksud ingin menghormati Prabu
Siliwangi, Bahkan yang hanya datang karena berwisata pun kami tak
larang." Ulas Nyoman radeg.
Category: Artikel Keren, Pendidikan, Tokoh Riwayat
0 komentar